Scroll untuk baca artikel
WPDealer 160x600
Vroperty 160x600
Travel

Jembatan Kota Intan, Si Tua yang Penuh dengan Pesona

211
×

Jembatan Kota Intan, Si Tua yang Penuh dengan Pesona

Sebarkan artikel ini

Jembatan yang Tersisa

Jembatan Kota Intan
Jembatan Kota Intan

Jembatan yang sudah terbentang sejak 1628 ini bertempat di ujung utara Jalan Kali Besar Barat dan Jalan Kali Besar Timur. Meskipun telah berumur ratusan tahun dan mulai lapuk di atas aliran lurus Kali Krukut yang mengaliri Kali Besar, namun Anda masih dapat menikmati pesonanya.

Tali Rafia di Jembatan Kota Intan
Tali Rafia di Jembatan Kota Intan

Namanya adalah Jembatan Kota Intan. Anda akan mengetahui bahwa jembatan ini sangat antik dengan hanya melihatnya sekali saja. Selain berfungsi sebagai layaknya jembatan pada umumnya, benda warisan Belanda ini juga berfungsi sebagai jembatan ungkit.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Nah, jika Anda berkunjung ke sana, Anda akan melihat dua bagian jembatan yang bisa ditarik ke atas. Dahulu, fungsi jembatan ini bukan hanya untuk mobilitas orang, melainkan juga untuk memberi jalan bagi kapal yang akan masuk ke dermaga.

Perpotongan Jembatan Kota Intan
Perpotongan Jembatan Kota Intan

Jembatan ini terletak antara Jalan Kali Besar Barat dan Jalan Kali Besar Timur. Bangunan ini dikelilingi oleh pagar besi warna hijau pada masing-masing sisi jalan dan juga tembok warna putih. Meskipun begitu, saya hanya dapat masuk melalui pintu pagar yang berada di sisi Jl. Kali Besar Barat karena pintu pagar di sisi jalan yang lain tertutup.

Beton Penopang Jembatan Kota Intan
Beton Penopang Jembatan Kota Intan

Saat saya tiba di tempat ini, tidak ada pengunjung lain. Hanya ada seorang petugas berseragam penjaga jembatan ini yang membawa serta anaknya dan seorang lagi yang sedang membersihkan sampah dedaunan. Saya tidak dikenakan tiket masuk untuk mengunjungi jembatan ini.

Menyapu Area di Ujung Jembatan Kota Intan
Menyapu Area di Ujung Jembatan Kota Intan

Dekat pintu masuk tersebut sebelah kanan, terdapat sebuah tenda kecil dengan atapnya berlogo salah satu perusahaan telekomunikasi seluler. Tenda ini dilengkapi beberapa tempat duduk berbentuk tabung. Menurut petugas, tenda ini adalah pemberian dari pihak museum.

Tidak jauh dari tenda tersebut, terdapat 3 buah kursi panjang rangka besi dengan alas duduk dan sandaran kayu. Namun, kondisi kursi itu sudah tidak lagi sempurna karena beberapa buah helai sandarannya terlihat sudah hilang.

Kursi Taman di Jembatan Kota Intan
Kursi Taman di Jembatan Kota Intan

Selain itu, di area yang berfungsi sebagai taman untuk pengunjung ini, dilengkapi juga dengan beberapa tong sampah berukuran cukup besar. Tempat ini juga dilengkapi toilet untuk pria dan wanita. Posisi bangunan ini terlihat membelakangi Jalan Tiang Bendera.

Toilet di Jembatan Kota Intan
Toilet di Jembatan Kota Intan

Untuk melintasi jembatan tua ini, Anda perlu menaiki 8 buah anak tangga terlebih dahulu. Layaknya ingin memasuki sebuah rumah, di bagian paling bawah anak tangga tersebut terdapat 4 buah keset. Keset ini berguna untuk membersihkan alas kaki bagi para pengunjung sebelum melangkahkan kaki di lantai jembatan.

Jembatan Gantung Kota Intan
Jembatan Gantung Kota Intan

Menariknya, pada salah satu pilar jembatan yang berada di sisi Jalan Kali Besar Timur, terdapat tanda nomor 21. Saat itu, jembatan memang dianggap sebagai obyek bangunan seperti halnya rumah dan gedung sehingga mempunyai nomor.

Nomor Bangunan Jembatan Kota Intan
Nomor Bangunan Jembatan Kota Intan

Pada waktu lampau, kawasan jembatan tertua di Jakarta ini merupakan salah satu jantung kota Batavia. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya barisan bangunan tua yang tampak saat dilihat dari atas jembatan.

Arsitektur jembatan ini mencerminkan desain Eropa – Belanda sesuai dengan zaman dibangunnya. Inilah yang hal yang menjadi daya tarik dari kawasan Jembatan Gantung Kota Intan.

Tempat ini sebelumnya dikelola oleh pemerintah pusat Hindia Belanda. Sebagai tempat dagang yang besar, sisa-sisa kejayaan tergambar dari arsitektur a la Eropa. Tetapi, masa kejayaan tersebut sudah dimakan waktu. Bahkan, separuh badan jembatan ini terbenam air sungai Kali Besar sebelum dijadikan bangunan cagar budaya.

Prasasti Jembatan Kota Intan
Prasasti Jembatan Kota Intan

Walaupun bernama Kota Intan, Anda tidak akan menjumpai batu berharga apapun di sekitar tempat ini. Pasalnya, nama ini cuma sebutan belaka, mengingat suasana dan lingkungan wisata di kawasan ini dianggap sangat bernilai dan menjadi jantung kehidupan banyak orang.

Saking ramainya, jembatan dan area di sekitarnya bukan hanya dikunjungi pada saat siang hari, melainkan juga pada malam hari. Lebih-lebih pada malam minggu. Daerah ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Pilihan ada di tangan Anda, ingin berkunjung siang atau malam hari.

Ketika direnovasi pada masa Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, sebanyak 12 lampu sorot ditambahkan pada kedua sisi jembatan. Lampu-lampu ini akan mengarahkan perhatian masyarakat yang lewat ke jembatan. Di samping itu, adanya lampu ini juga akan mempercantik penampilan jembatan sepanjang 30 meter dengan lebar 4,43 meter.

Lampu Sorot Jembatan Kota Intan
Lampu Sorot Jembatan Kota Intan

Jembatan ini mempunyai beberapa nama yang berubah. Pada 1628, jembatan ini diberi nama Engelse Burg (Jembatan Inggris) lantaran di dekatnya pernah dibangun benteng pertahanan Inggris. Lalu, jembatan ini rusak ketika penyerangan Banten dan Mataram sekira 1628 – 1629. Tetapi, dibangun kembali oleh Belanda dan diberi nama Hoenderpassar Brug (Jembatan Pasar Ayam). Hal ini dikarenakan di samping jembatan pernah difungsikan sebagai pasar ayam.

Jembatan yang Tersisa
Jembatan yang Tersisa

Sebutan lain jembatan ini adalah Groote Boom yang memiliki arti Batang Besar. Selanjutnya, 25 tahun kemudian, masyarakat menyebutnya Het Middelpunt Burg (Jembatan Pusat). Tepat pada April 1938, jembatan ini difungsikan menjadi jembatan angkat sebagai lalu lintas perahu dan namanya berubah menjadi Ophalsbrug Juliana. Sesudah kemerdekaan Indonesia diresmikan, tempat ini berganti nama menjadi Jembatan Gantung Kota Intan.

Rantai Penarik Jembatan Kota Intan
Rantai Penarik Jembatan Kota Intan

Walau sempat kurang diperhatikan, tetapi desain jembatan ini masih tampil menarik. Bahkan, Anda masih dapat melihat bentuknya secara utuh dan membayangkan ketika masa kejayaannya silam.

Jembatan Kota Intan Tempo Dulu
Jembatan Kota Intan Tempo Dulu

Menariknya, selain berwisata ke tempat ini, Anda bisa sekaligus jalan-jalan menuju obyek wisata di sekitarnya, seperti kawasan Kota Tua. Anda bisa berkunjung ke beberapa museum yang ada sekitaran Kota Tua, seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Keramik, Museum Bank Mandiri, Stasiun Kota Jakarta, dan lain sebagainya. Semua obyek wisata tersebut dapat dijangkau dengan cara berjalan kaki dari Jembatan Kota Intan.

Akses menuju ke sini terbilang cukup beragam. Anda dapat mencapai Stasiun Kota dengan menumpang Commuter Line arah Tangerang (melewati Manggarai) – Jakarta Kota, Maja (melewati Tanah Abang) – Jakarta Kota, Bekasi (melewati Jatinegara) – Jakarta Kota, atau Bogor – Stasiun Kota. Hanya dengan berjalan kaki sekira 15 menit dari Stasiun Jakarta Kota ke arah utara, Anda akan menemukan lokasi Jembatan Kota Intan ini.

Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, maka Anda bisa memarkirkan kendaraan di tempat Parkir Wisata Kota Tua yang berada di Jalan Cengkeh. Tarif parkir untuk sepeda motor adalah sebesar Rp 2.000.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *